Pada Sabtu, 12 Oktober 2024, Indonesia Banking School bekerja sama dengan IKADIM Indonesia mengadakan International Guest Lecture yang menarik ratusan peserta dengan tema penting dan relevan: “Emotional Intelligence for Leaders – A.I vs E.I”. Acara ini, yang diadakan secara hybrid, menarik lebih dari 500 peserta online dan 50 peserta offline di Amphitheater 405, lantai 4 kampus IBS.
Acara ini menghadirkan dua tokoh penting. Ijaz Nisar, pendiri dan presiden CEO Club Pakistan, tampil sebagai pembicara utama. Ia dikenal karena pandangannya yang luas dan inovatif dalam kepemimpinan global. Prof. Dr. Djokosantoso Moeljono, Ketua Senat Indonesia Banking School sekaligus pakar manajemen, menjadi moderator yang memandu jalannya diskusi dengan cemerlang.
Topik yang diangkat—kecerdasan buatan (A.I) versus kecerdasan emosional (E.I)—menjadi sorotan dalam dunia bisnis dan kepemimpinan modern. Dalam era teknologi yang kian maju, munculnya A.I. memicu pertanyaan tentang peran kecerdasan manusia, terutama dalam hal kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Nisar dengan elegan mengurai perbedaan mendasar antara A.I. yang mengedepankan efisiensi teknologi dan E.I. yang menekankan pentingnya empati, komunikasi, dan pengelolaan hubungan interpersonal.
Selama acara, interaksi yang hidup terjadi antara pembicara dan para peserta, baik dari audiens di dalam ruangan maupun yang mengikuti secara daring. Nisar tak hanya menyajikan materi dengan menarik, tetapi juga secara terbuka menjawab berbagai pertanyaan, membuat diskusi semakin kaya. Salah satu topik hangat yang dibahas adalah bagaimana para pemimpin di era digital dapat mengintegrasikan kecerdasan emosional untuk menciptakan keseimbangan dengan A.I. dalam pengambilan keputusan yang lebih holistik dan manusiawi.
Ijaz Nisar berbagi banyak cerita inspiratif dari pengalamannya membangun CEO Club Pakistan dan bagaimana kecerdasan emosional menjadi salah satu komponen utama kesuksesan para pemimpin. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa di era di mana A.I. makin dominan, kepemimpinan yang kuat harus tetap mengutamakan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain. “Teknologi bisa mengambil alih tugas-tugas teknis, tetapi kecerdasan emosional tetap tak tergantikan,” tegas Nisar, memikat perhatian audiens.
Acara ini menjadi sukses besar, tidak hanya karena jumlah peserta yang tinggi, tetapi juga karena kualitas diskusi yang dihasilkan. Para peserta offline dan online sepakat bahwa sesi ini memberikan wawasan baru dan perspektif segar mengenai bagaimana pemimpin masa kini harus bijak menggabungkan A.I. dan E.I. untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.
Dengan diskusi yang menyenangkan dan informasi mendalam, acara ini berhasil membuktikan bahwa di tengah kecanggihan teknologi, faktor manusia—khususnya kecerdasan emosional—tetap menjadi pilar yang sangat penting dalam dunia kepemimpinan. Para peserta pulang dengan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana menjadi pemimpin yang tidak hanya efektif secara teknologi, tetapi juga penuh empati dan kepedulian.
Acara ini menjadi momentum penting bagi Indonesia Banking School dalam mempertegas komitmennya sebagai institusi yang siap menghadapi era disrupsi teknologi dengan pendekatan humanis, mempersiapkan para pemimpin masa depan yang tangguh, cerdas, dan berempati.
Share this Article